Minggu, 04 Desember 2011

pengumpulan al-quran


BAB I
PEMBAHASAN

A.    Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Rasullulah SAW
            Perhatian terhadap Al-Qur’an senantiasa menjadi kesibukan Nabi Saw.dalam kerahasiaan dan keterbukaanya,dalam keberadaanya dirumah atau pun perjalanannya diluar rumah,dalam kesendiriannya dan kebersamaannya dengan para sahabat,dalam keusahannya dan kemudahannya,dan dalam kegembiraannya dan kesedihannya.Al-Qur’an tidak pernah hilang dari hatinya,dan tidakl pernah surut semangatnya untuk menjaga dan mengulang-ulangnya.[1]
Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
Upaya pelestarian Al-qur;an pada masa nabi Muhammad Saw.di lakukan oleh Nabi sendiri setiap kali Nabi menerima wahyu dari Allah.setelah beliau secara langsung  mengingat dan menghafal-nya,beliau menyampaikannya kepada sahabatnya,lalu sahabat menyampaikannya secara berantai kepada sahabat yang lain,demikianlah seterusnya.[2]
Banyak dikalangan sahabat yang telah menghafal Al-Qur’an.Hal ini karena Rasulullah Saw.telah membakar semangat mereka untuk menghafal Al-Qur’an.Beliau Saw.mengutus mereka yang ahli Al-Qur’an utuk memasuki pelosok-pelosok kota dan kampong untuk mengajarkan dan membacakan Al-Qur’an kepada penduduknya,sebagai mana halnya ketika belum hijrah.beliau mengutus Musa bin Umair dan Ibnu Ummi Maktum keMadinah untuk mengajarkan Islam dan menajarkan Al-Qur’an dan mengutus Muadz bin Jabal keMekah sesudah hijrah untuk menghafal dan mengajarkan Al-Qur’an.[3]
Nabi Muhammad Saw. juga mempunyai beberapa sekertaris dalam penulisan Al Qur’an yang tugasnya khusus mencatat ayat Al Qur’an, antara lain : Abu Bakar, Ustman bin Affan, Umar bin Khattab, Ali bin Abi thalib, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin Sakan, Khalid bin Walid, dan Muawiyyah.
Faktor pendorong penulisan Al qur’an ini yaitu :
Ø Membukukan hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi Saw dan para sahabat
Ø Mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna.
Pada masa Nabi Muhammad Saw ini Al Qur’an tidak di tulis pada satu tempat, dengan dua alasan yaitu :
Ø Proses penurunan Al Qur’an masih berlanjut, sehingga ada kemungkinan ayat yang turun belakangan “menghapus” redaksi dan ketentuan hukum ayat yang sudah turun dahulu
Ø Penyusunan ayat dan surat Al Qur’an tidak bertolak pada kronologisnya, tetapi pada keserasian ayat atau surat satu dengan yang lain.[4]
Demikian pula juga di tiap-tiap turun ayat,Nabi menerangkan tempat meletakkan ayat-ayat tersebut.Nabi katakana:letakkan ayat ini sesudah ayat itu,di surat Al-Baqarah umpamanya.[5]

B.    Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin

a)     Pada masa pemerintahan Abu Bakar

Rasulullah Saw.perpulang keramahtullah setelah beliau selesai menyampaikan risalah dan menyampaikan amanh serta member pentunjuk kepeda umanya untuk menjalakan Agamg yang lurus.setelah beliau wafat,kekhalifahan di pegang oleh Abu Bakar Siddiq r.a.Pada masa pemerintahannya,Ia anyak menghadapi malapetaka,berbagai problem yang rumit dihadapi,di antaranya memerangi orang-orang murtad[orang keluar dari agama Islam]yang ada di ka;angan umat Islam serta memerangi pengikut Musailamah Al-Kadzdzab.[6].kondisi ini tentusaja mengakibatkan terjadinya perang yamamah,yang terjadi pada tanggal 12 h.dalam sebuah pertempuran,banyak sahabat penghafal al-qur’an yang gugur dimedan perang.data tercatat menunjukan sekitar 70 orang menjadi syuhada sekaligus al-haffidz.riwayat lain menyebutkan bahkan jumlah ayamg lebih banyak:500 orang yang menjadi syuhada[7]
Peristiwa tersebut  menggugah hati Umar bin Khatab untuk memintak kepada Khalifah Abu Bakar agar Al-Qur’an segera dikumpulkan dan ditulis dalam sebuah mushaf.Usulan ini disampaikan karena beliau khawatir bahwa Al-Qur’an akan berangsur-angsur hilang bial hanya mengandalkan hafalan apalagi para penghafal semakin berkurang seiring  dengan semakin banyak syahid di medan pertempuran.Semula Abu Bakar merasa ragu-ragu untuk menerima usulan Umar bin Khatab itu.Namun,akhirnya pun menerima gagasan itu setelah betul-betul mempertimbangkan kebaikan dan mamfaatnya.Abu Bakar lalu memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk segera mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an dari para sahabat penghafal Al-Qur’an untuk ditulis dan dibukukan dalam sebuah mushaf.[8]

b)     Pada Masa Pemerintahan Umar Ra.                         
Tidak ada perkembangan yang signifikan terkait dengan kodifikasi Al-Qur’an yang dilakukan oleh khalifah kedua ini selain melanjutkan apa yang telah dicapai oleh khalifah pertama yaitu mengemban misi untuk menyebarkan islam dan mensosialisasikan sumber utama ajarannya yaitu Al-Qur’an pada wilayah-wilayah daulah islamiyah baru yang berhasil dikuasai dengan mengirim para sahabat yang kredibilitas serta kapasitas ke-Al-Quranan-nya bisa dipertanggungjawabkan Diantaranya adalah Muadz bin Jabal, `Ubadah bin Shamith dan Abu Darda’.[9]
c]   Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan
Penyebaran Islam bertambah dan para penghafal Al-Qur’an pun tersebar di berbagai wilayah. Dan penduduk di setiap wilayah itu mempelajari qira’at (bacaan) dari qari yang dikirim kepada mereka. Cara-cara pembacaan (qiraat) Qur’an yang mereka bawakan berbeda-beda sejalan dengan perbedaan ‘huruf ‘ yang dengannya Al-Qur’an diturunkan. Apabila mereka berkumpul di suatu pertemuan atau di suatu medan peperangan, sebagian mereka merasa heran dengan adanya perbedaan qiraat ini. Terkadang sebagian mereka merasa puas, karena mengetahui bahwa perbedaan-perbedaan itu semuanya disandarkan kepada Rasulullah.[10]
Dalam kitab Shahih Bukhari  disebutkan, bahwasanya Hudzaifah Ibnu Yaman Radhiyallahu ‘anhu datang menghadap Utsman Ibn Affan Radhiyallahu ‘anhu dari perang pembebasan Armenia dan Azerbaijan. Dia khawatir melihat perbedaaan mereka pada dialek bacaan Al-Qur’an, dia katakan : “Wahai Amirul Mukminin, selamatkan lah umat ini sebelum mereka berpecah belah pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti perpecahan kaum Yahudi dan Nasrani!”[11]Lalu Usman meminta Hafsah meminjamkan Mushaf yang di pegangnya untuk disalin oleh panitia yang telah dibentuk oleh Usman yang anggotanya terdiri dari para sahabat diantaranya Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al’Ash, Abdurrahman bin al-Haris dan lain-lain.Kodifikasi dan penyalinan kembali Mushaf Al-Qur’an ini terjadi pada tahun 25 H, Usman berpesan apabila terjadi perbedaan dalam pelafalan agar mengacu pada Logat bahasa suku Quraisy karena Al-Qur’an diturunkan dengan gaya bahasa mereka..
Tindakan Usman untuk menyalin dan menyatukan Mushaf berhasil meredam perselisihan dikalangan umat islam sehingga ia manual pujian dari umat islam baik dari dulu sampai sekarang sebagaimana khalifah pendahulunya Abu bakar yang telah berjasa mengumpulkan Al-Qur’an.
Adapun Tulisan yang dipakai oleh panitia yang dibentuk Usman untuk menyalin Mushaf adalah berpegang pada Rasm Al-Anbath tanpa harakat atau Syakl (tanda baca) dan Nuqath (titik sebagai pembeda huruf).[12]
Utsman Radhiyallahu ‘anhu melakukan hal ini setelah meminta pendapat kepada para sahabat Radhiyalahu ‘anhum yang lain sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud [4] dari Ali Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya dia mengatakan : “Demi Allah, tidaklah seseorang melakukan apa yang dilakukan pada mushaf-mushaf Al-Qur’an selain harus meminta pendapat kami semuanya”, Utsman mengatakan : “Aku berpendapat sebaiknya kita mengumpulkan manusia hanya pada satu Mushaf saja sehingga tidak terjadi perpecahan dan perbedaan”. Kami menjawab : “Alangkah baiknya pendapatmu itu”.[13]
Utsman memerintahkan supaya disita segala shuhuf-shuhuf yang terdapat dalam masyarakat dan membakarnya.dan Utsman menyuruh supaya kaum muslimin membaca al-qur’an dengan qiraat yang termateri dalam Al-Imam itu[14]
  C.    Penyempurnaan Al-Qur’qn Sertelah Khulafaur-Rasyidin                                                         
            Sampai suatu saat ketika umat islam sudah terdapat hampir di semua belahan dunia yang terdiri dari berbagai bangsa, suku, bahasa yang berbeda-beda sehingga memberikan inspirasi kepada salah seorang sahabat Ali bin Abi Thalib yang menjadi khalifah pada waktu itu yang bernama Abul-Aswad as-Dualy untuk membuat tanda baca (Nuqathu I’rab) yang berupa tanda titik.Atas persetujuan dari khalifah, akhirnya ia membuat tanda baca tersebut dan membubuhkannya pada mushaf.
Adapun yang mendorong Abul-Aswad ad-Dualy membuat tanda titik adalah riwayat dari Ali r.a bahwa suatu ketika Abul-Aswad ad-dualy menjumpai seseorang yang bukan orang arab dan baru masuk islam membaca kasrah pada kata “Warasuulihi” yang seharusnya dibaca “Warasuuluhu” yang terdapat pada QS. At-Taubah (9) 3 sehingga bisa merusak makna.[15]
Abul-Aswad ad-Dualy menggunakan titik bundar penuh yang berwarna merah untuk menandai fathah, kasrah, Dhammah, Tanwin dan menggunakan warna hijau untuk menandai Hamzah. Jika suatu kata yang ditanwin bersambung dengan kata berikutnya yang berawalan huruf Halq (idzhar) maka ia membubuhkan tanda titik dua horizontal seperti “adzabun alim” dan membubuhkan tanda titik dua Vertikal untuk menandai Idgham seperti “ghafurrur rahim”.
Mengenai Nashr bin Ashim al-laitsi(W. 89 H),tidak lah mustahil kalau lah pekerjaannyadalam meletakkan dasar tanda-tanda baca Al-Qur’an merupakan kelanjutan dari pekerjaan gurunya,yaitu Abul-Aswad ad-Dualy  atas permintaan Hajjaj bin Yusuf as-Tsaqafy, salah seorang gubernur pada masa Dinasti Daulah Umayyah (40-95 H). Sedangkan yang pertama kali menggunakan tanda Fathah, Kasrah, Dhammah, Sukun, dan Tasydid seperti yang-kita kenal sekarang adalah al-Khalil bin Ahmad al-Farahidy (W.170 H) pada abad ke II H.[16]
Kemudian pada masa Khalifah Al-Makmun, para ulama selanjutnya berijtihad untuk semakin mempermudah orang untuk membaca dan menghafal Al-Qur’an khususnya bagi orang selain arab dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid yang berupa Isymam, Rum, dan Mad.Sebagaimana mereka juga membuat tanda Lingkaran Bulat sebagai pemisah ayat dan mencamtumkan nomor ayat, tanda-tanda waqaf (berhenti membaca), ibtida (memulai membaca), menerangkan identitas surah di awal setiap surah yang terdiri dari nama, tempat turun, jumlah ayat, dan jumlah ‘ain.
Tanda-tanda lain yang dibubuhkan pada tulisan Al-Qur’an adalah Tajzi’ yaitu tanda pemisah antara satu Juz dengan yang lainnya berupa kata Juz dan diikuti dengan penomorannya (misalnya, al-Juz-utsalisu: untuk juz 3) dan tanda untuk menunjukkan isi yang berupa seperempat, seperlima, sepersepuluh, setengah Juz dan Juz itu sendiri.[17]




 BAB II

PENUTUP


A.  Kesimpulan


Ø  Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
Ø  Nabi Muhammad Saw. juga mempunyai beberapa sekertaris dalam penulisan Al Qur’an yang tugasnya khusus mencatat ayat Al Qur’an, antara lain : Abu Bakar, Ustman bin Affan, Umar bin Khattab, Ali bin Abi thalib, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin Sakan, Khalid bin Walid, dan Muawiyyah.
Ø  Tindakan Usman untuk menyalin dan menyatukan Mushaf berhasil meredam perselisihan dikalangan umat islam sehingga ia manual pujian dari umat islam baik dari dulu sampai sekarang sebagaimana khalifah pendahulunya Abu bakar yang telah berjasa mengumpulkan Al-Qur’an.
Ø  Adapun yang mendorong Abul-Aswad ad-Dualy membuat tanda titik adalah riwayat dari Ali r.a bahwa suatu ketika Abul-Aswad ad-dualy menjumpai seseorang yang bukan orang arab dan baru masuk islam membaca kasrah pada kata “Warasuulihi” yang seharusnya dibaca “Warasuuluhu” yang terdapat pada QS. At-Taubah (9) 3 sehingga bisa merusak makna.


[1] Drs.Taufiqurrahman,M.Ag.[Studi Ulumul Qur’an:hal:11]
[2] Drs Ahmad Izzan,M.Ag[telaan tekstualitas dan kontekstualitas al-qur’an:69]
[3] Prof.Dr.Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy[Studi Ilmu Al-Qur’anHal:96]
3 Tengku Muhammad hasbi ash shiddieqy[ilmu al-qur’an dan tafsir:hal:68]
[6] Prof.Dr.Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy[Studi Ilmu Al-Qur’anHal:100]
[7] Drs Ahmad Izzan,M.Ag[telaan tekstualitas dan kontekstualitas al-qur’an:70-71]
[8] Drs Ahmad Izzan,M.Ag[telaan tekstualitas dan kontekstualitas al-qur’an: 71]
[11] http://rasulullahsaw.multiply.com/reviews/item/13
[12] http://www.facebook.com/note.php?note_id=474014494839&comments
[13] http://rasulullahsaw.multiply.com/reviews/item/13

  [14] Tengku Muhammad hasbi ash shiddieqy[ilmu al-qur’an dan tafsir:hal:85]

[15] http://www.facebook.com/note.php?note_id=474014494839&comments
[16] Dr.subhi As-Shalih[membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an:hal:109]
[17] http://www.facebook.com/note.php?note_id=474014494839&comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar